welcome home

yth. semua rekan

     Selamat datang, kami mendapat kehormatan ketika rekan2 masuk dan melihat blog ini,  didalam dunia dimana semua orang  berbicara tentang keinginan mereka untuk meningkatkan  berbagai aspek  dalam hidup mereka (dimana kebanyakan dari mereka tetap dalam rutinitas hidup mereka), dan rekan2 adalah seorang yang jarang ada, karna rekan2  mengambil tindakan!
     
Tujuan kami adalah menyediakan informasi dan ketrampilan yang akan secara signifikan meningkatkan kualitas hidup anda.
     Agar bisa memanfaatkan waktu secara maksimal, anda harus memutuskan 3 hal ini : 1. menyerap informasi penting yang disampaikan , 2. memberdayakan kemampuan anda sendiri untuk menciptakan perubahan  dalam semua aspek hidup anda melalui usaha yg penuh disiplin, 3. selalu menikmati diri!
     Ambil keputusan sekarang juga untuk membuat diri anda berdaya serta bertanggung jawab untuk pencapaian maksimum, ingat sumber dan segala alat bantu  tidak akan menciptakan perubahan--- anda yang melakukan perubahan tersebut.


hormat saya,


masters of change

Kamis, 28 Mei 2009

Cintai Pekerjaan Anda, Semangat! - Jadikan Hidup Lebih Hidup

Wanda baru satu bulan bekerja di bidang pemasaran sebuah perusahaan kosmetik. Bulan pertama ini ia bekerja dengan penuh semangat. Ia banyak memberikan masukan baru, ide-ide baru yang, menurut dia, akan membantu penjualan.

Ia datang paling pagi karena rumahnya jauh dari tempat kerja. Ia sangat bangga dengan pekerjaannya. Bila orang lain menanyakan di mana ia bekerja, ia menjawabnya dengan penuh semangat dan kebanggaan.

Anehnya, rekan-rekan kerjanya, Andi dan Tuti, yang sudah bekerja lebih lama menganggap remeh semangat Wanda ini. Mereka berkata: "Maklum, dia masih baru, sih." Mereka sudah bekerja dua belas tahun lebih dan ternyata semangat mereka sudah hampir hilang.

Mereka tidak lagi bekerja dengan menggebu-gebu. Tuti merasa ia tidak perlu terlalu bersemangat karena toh gajinya tidak akan menjadi dua kali lipat kalau ia rajin. Untuk apa bekerja mati-matian? Begitu pikirnya.

Lain lagi dengan Linda, ia sering mengajak Wanda berdiskusi. Wanda belajar banyak dari Linda, demikian juga sebaliknya. Mereka sering berlomba sendiri untuk menjual lebih banyak, padahal Linda sudah sebelas tahun bekerja. Bisa dibilang semangat mereka seimbang. Pada saat yang satu agak lemah, maka yang lain membantunya.

Memang ada orang-orang seperti Andi dan Tuti yang berpikir untuk apa bekerja keras kalau gajinya sama saja. Mau malas, mau rajin, tidak ada bedanya.Untuk apa bekerja rajin-rajin, begitu kata mereka.

Mereka tidak lagi memiliki tujuan dalam bekerja. Mereka melihat pekerjaan sebagai beban, bukan lagi suatu tantangan atau kegiatan yang menyenangkan. Bagi orang yang menganggap pekerjaan sebagai beban, biasanya ia akan merasa cepat lelah.

Pada waktu ia bangun tidur, ia sudah merasa lelah untuk berangkat bekerja. Begitu sampai di kantor ia otomatis ingin beristirahat karena merasa lelah. Maka, ia lalu baca koran, sarapan, atau melanjutkan tidur. Kemudian apa lagi? Mungkin ia akan menghabiskan waktu untuk menunggu jam pulang kantor yang terasa tak kunjung tiba.

Mereka menganggap bahwa perusahaan diuntungkan dan mereka dirugikan kalau mereka bekerja lebih rajin. Mereka lupa bahwa mereka sendirilah yang rugi kalau mereka tidak bersemangat.

Gerakan fisik pasti berkurang, belum lagi kemampuan otak yang dihambat karena dipaksa untuk pasif. Lagi pula, kinerja yang kurang baik bisa menyebabkan tertutupnya kemungkinan promosi ke jabatan yang lebih tinggi.

Ingat kisah Udin yang tadinya bekerja sebagai pembersih lift di sebuah gedung perkantoran, kemudian ada orang yang menawarkan pekerjaan sebagai office boy dengan gaji lebih tinggi. Mengapa ia yang ditawari pekerjaan? Mengapa bukan temannya yang lain?

Karena Udin tidak menganggap pekerjaannya sebagai beban. Pembersih lift yang lain tidak mempedulikan para pengguna lift, tapi Udin lain. Ia selalu membantu menekan tombol untuk membuka pintu lift, atau mengulurkan tangannya untuk menahan pintu lift tertutup pada saat ada orang yang ke luar atau masuk lift.

Seandainya ia dulu bekerja malas-malasan, atau kurang bersemangat karena gaji kecil, pasti dia akan kelihatan loyo dan tidak akan terpilih untuk ditawari pekerjaan lain.

Lagi pula benarkah anggapan bahwa semangat akan menurun bila sudah lama bekerja? Justru sebaliknya, Linda membuktikan bahwa ia tetap bersemangat tinggi meskipun ia sudah lama bekerja. Ia menyenangi pekerjaannya. Ia menikmati hari-hari kerjanya.

Kesenangannya bekerja terpancar di wajahnya yang selalu bersemangat. Tingkah lakunya sigap, selalu bersedia membantu orang lain dan tidak pernah melakukan korupsi waktu selama di tempat kerja. Sama dengan Wanda, ia tidak pernah terlambat datang ke kantor.

Andi dan Tuti lupa bahwa keadaan hati yang loyo, sikap malas, rasa tidak puas dan hal-hal lain yang mereka rasakan, akan terpancar di wajah dan tingkah laku mereka sehari-hari.

Kalau sudah begitu, tentu atasan dapat melihat dan merasakannya. Akhirnya siapa yang rugi? Tentu diri sendiri bukan? Nah, kalau semangat memang sudah berkurang, apa yang harus kita lakukan? Mudah sekali.

Pertama, cari kesenangan baru dalam pekerjaan. Misalnya Tuti malas mengetik proposal, nah ia bisa mulai dengan menetapkan target untuk membuat proposal lebih cepat.

Atau ia bisa mengubah proposalnya menjadi lebih menarik, lebih jelas, atau sekadar mencari-cari jenis huruf yang lebih sesuai. Ia akan menemukan keasyikan baru sehingga mendongkrak semangatnya.

Kedua, anggaplah hambatan sebagai tantangan yang harus dikalahkan. Hambatan dan tantangan adalah hal yang sama, yang berbeda hanya sudut pandangnya. Bila dianggap sebagai hambatan, maka langkah kita menjadi lebih berat.

Seperti orang berlomba lari, bila ia melihat batu-batuan sebagai hambatan, maka ia akan merasa berat. Tapi bila ia melihatnya sebagai tantangan, maka langkahnya malah lebih panjang, lompatannya akan lebih tinggi karena ia berfokus pada cara terbaik untuk mengatasinya. Di samping itu ia akan menemukan kesenangan baru.

Love your job! Enjoy!

Sumber: Potensi Diri - Semangat oleh Lisa Nuryanti, International Director John Robert Powers

Read More......

Sabtu, 23 Mei 2009

Kekuatan Visualisasi

Dulu saya adalah ibu rumah tangga yang kegemukan dan pemurung, yang tidur 18 jam sehari. Pada suatu hari, saya memutuskan bahwa saya sudah bosan begini. Saya harus memilih: bunuh diri atau bangkit dari tempat tidur dan mengubah hidup saya.

Saya mulai mendengarkan kaset-kaset motivasi diri berulang kali sepanjang hari. Bila kaset itu mengatakan ulangilah teknik penegasan tiga kali dalam satu hari, saya melakukannya lima kali sehari, malah sepuluh kali. Bila kaset itu berkata supaya saya memantapkan gambaran orang yang saya kehendaki dalam pikiran saya, saya melakukannya sepanjang hari! Saya menempelkan foto Farah Fawcett di dinding, tetapi kepalanya saya potong dan saya ganti dengan kapala saya. Saya membayangkan diri saya suka bergaul, ramping, penuh percaya diri, dan saya memutar gambaran itu berulang kali dalam pikiran saya. Dan, pada waktunya, gambaran tersebut mulai cocok dengan saya! Saya tidak pernah mau menandingi Farah, tetapi saya berhasil melepaskan sebagian besar kelebihan 25 kilo yang saya bawa ke mana-mana itu, dan saya bahkan mulai menjadi sedikit atletis.

Saya mendapat pekerjaan sebagai penjual keanggotaan klub kesehatan, dan membayangkan diri saya menjadi penjual top. Tak lama kemudian, saya memang penjual top!

Saya memutuskan untuk pindah ke penjualan iklan radio dan membayangkan diri saya bekerja di salah satu stasiun radio. Tetapi, manajer stasiun itu berkata bahwa tak ada lowongan dan tak mau menemui saya. Saya betul-betul menginginkan pekerjaan di situ, sehingga saya nekad berkemah di depan kantornya sampai ia setuju berbicara dengan saya, dan saya mendapatkan pekerjaan yang untuk jabatan tadinya belum ada sebelum saya muncul! Dengan menggunakan teknik visualisasi, penegasan, dn banyak kerja keras, saya menjadi penjual top juga di sana.

Tak lama kemudian, mereka mengangkat saya menjadi manajer penjualan. Ini betul-betul kejutan mendadak, dan bukan sesuatu yang saya bayangkan sebelumnya. Tetapi, saya mengajarkan apa pun yang saya ketahui kepada tenaga-tenaga penjual saya, terutama teknik membayangkan mendapatkan pesanan-pesanan. Salah satu latihan yang saya ingat ialah mematok target penjualan untuk bulan itu, dan kemudian membayangkan telah mencapai target tadi, dan betapa gembiranya Anda bila Anda melakukannya. Pada akhir bulan itu, setiap orang menjual hampir sama dengan apa yang telah mereka bayangkan! Salah seorang tenaga penjual berkata, "Seandainya saya tahu bahwa saya akan berhasil begini baik, tentulah saya akan mematok target yang lebih tinggi lagi!" dan demikianlah ia dan setiap orang mulai membayangkan untuk menjual jumlah yang jauh lebih tinggi bulan berikutnya. Penjualan iklan bulanan kami meledak dari 40.000 dolar menjadi 270.000! Yang membuatnya lebih luar biasa lagi adalah: sebenarnya stasiun radio kami tidak terlalu baik dan hampir-hampir tidak mempunyai pendengar. Kami tidak punya pendengar, tetapi memiliki banyak iklan yang bisa Anda bayangkan!

Saya telah berhasil sejauh ini, dari sama sekali bukan apa-apa sampai ke jenis sukses yang hanya saya impikan. Dan apa yang paling saya sukai adalah menolong tenaga-tenaga penjual lain mencapai impian- impian mereka. Oleh karena itu, saya akhirnya memutuskan menjadi seorang pelatih penjualan dan mendirikan perusahaan sendiri, Lontos Sales and Motivation di Orlando, dan saya keliling dunia mengajar orang bagaimana membayangkan sukses dalam pikiran mereka, menegaskannya, dan mendapatkannya.

Sumber : Setting Goals to Increase Sales by Pam Lontos

Read More......

Minggu, 17 Mei 2009

Kuda Berkacamata Hitam

Kaku adalah kuda yang paling gagah di hutan. Tidak hanya gagah, ia pun kuat dan dapat berlari dengan cepat. Saking hebatnya, warga hutan yang lain memberikan gelar “Kuda Perkasa” padanya. Disingkat “kuper”, hehehe.

Sayangnya, perilaku Kaku tidak sehebat kemampuannya. Karena merasa dirinya yang paling jago, ia menjadi sombong dan sering menganggap remeh orang binatang lain. Tabiat buruknya yang lain adalah selalu ingin dipuja. Itu sebabnya ia iri 1/2 mati terhadap Horas.

Ya, Horas adalah kuda gemuk yang cenderung pendiam. Walaupun begitu, penghuni hutan lainnya senang kepadanya karena ia suka menolong dan ramah. Berbeda 180 derajat dengan Kaku.

Suatu hari Kaku pun mendatangi Horas yang sedang makan rumput di pinggir sungai.

“Hei Horas, ayo kita berlomba mengelilingi bukit timur itu”, tantang Kaku tanpa berbasa-basi. “Aku ingin tahu, siapa diantara kita yang paling hebat”.

Horas menoleh dengan santai ke arah Kaku.

“Buat apa ah”, jawabnya, “Kan sudah jelas, kamulah kuda paling hebat di hutan ini. Aku jelas gak mungkin menang melawanmu.”

“Tidak peduli!”, tukas Kaku. Kasar. “Pokoknya aku ingin kita bertanding. Kalau tidak, aku akan hancurkan rumah kayu milik Bu Beri Berang-berang yang kamu buat untuknya bulan lalu.”

Horas tertegun. Ingatannya melayang ke Bu Beri. Badannya yang sudah tua. Bulu-bulunya yang mulai memutih. Tongkat penyangga jalannya.

“Baiklah”, ujarnya sambil mengangguk lirih. “Kapan kita bertanding?”

Kaku menjawab sambil tersenyum sinis, “Besok sore.”

Malamnya Kaku mulai membayangkan dirinya yang tengah berlari di bukit timur dengan gagah. Bulunya yang hitam berkilauan terkena cahaya matahari sunset. Kakinya yang kokoh menapak mantap di atas tanah bukit timur yang berbatuan menimbulkan suara yang keras.

Ketepok. Ketepok. Ketepok.

Mendadak ia terkikik. Ia membayangkan Horas yang gemuk berlari dengan terengah-engah menaiki bukit dan akhirnya tersungkur kecapekan.

“Kemenangan sudah jelas ada di tanganku.”, batin Kaku. “Apabila aku menang, penduduk hutan akan makin menyadari bahwa aku lah kuda terhebat di sini. Popularitasku pasti akan jauh melebihi Horas. Sekarang aku harus cari cara agar aku tampak keren di hadapan mereka saat masuk ke garis finish.”

Ia berpikir. Tiba-tiba ia teringat pada majalah mingguan “Kueren” yang ia beli minggu lalu. Kaku pun mengambil majalah tersebut dari laci lemarinya dan mulai membuka lembar demi lembar. Sampai akhirnya…

“Ini dia!!!”, teriak Kaku sambil menunjukkan jarinya tangannya ke sebuah iklan tentang kacamata hitam. “Dengan ini aku pasti akan tambah cool di depan warga hutan”.

Keesokan harinya, Kaku menyempatkan diri untuk pergi ke mall dan membeli kacamata hitam yang paling mentereng. Setelah bersiap dengan menggunakan tapal kudanya yang berbalut emas, ia pun bergegas menuju ke bukit timur, tempat ia akan bertanding dengan Horas.

Sesampainya di sana, tampak Horas sedang berbincang riang dengan teman-temannya. Ada Kuri si Kura-Kura, Nur si burung Nuri, dan bu Beri Berang-Berang. Warga hutan lainnya pun berjejer di sepanjang jalur, bersiap untuk menyaksikan lomba antara Horas dan Kaku.

“Ayo segera kita mulai”, kata Kaku sembari memakai kacamata hitamnya yang baru.

Horas memandang Kaku dengan wajah aneh. Perhatiannya tertuju pada kacamata hitam Kaku dan label harganya yang entah sengaja atau tidak, lupa dicopotnya.

Namun Horas tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, ia meminta Nur untuk membantu memasangkan kacamata kudanya yang sudah agak butut.

Kedua kuda itu pun bersiap di garis Start. Pak Hori Harimau yang bertugas sebagai penjaga garis melambai-lambaikan bendera putih di depan mereka. Dalam hitungan ketiga, ia menurunkan bendera dengan bersemangat sambil berteriak lantang, “Mulai!!!”

Kaku langsung melesat. Julukannya sebagai “Kuda Perkasa” memang bukan main-main. Dalam hitungan detik, ia sudah tidak tampak di balik bukit. Sebaliknya, Horas melaju dengan sambil menjaga kecepatan dan staminanya. Ia sadari bahwa dalam urusan keduanya, ia bukan tandingan Kaku, oleh karena itu ia harus berhati-hati dan tidak boleh gegabah.

Kaku yang jauh memimpin di depan tertawa lebar-lebar sambil terus memacu kecepatannya. Ia sudah tidak kuasa lagi membayangkan kemenangannya. Di hadapannya sudah tampak Bukit Curam, bukit terakhir dari deretan Bukit Timur.

Bukit Curam terkenal sebagai bukit paling berbahaya di daerah itu. Berbatu dan memiliki sudut tanjakan yang sempit. Siapa saja yang tidak berhati-hati pasti akan celaka. Di sisi lain, pemandangan dari atas Bukit Curam cukup indah. Dari sana terlihat jelas pemandangan hutan serta danau Leka yang luas dan banyak ikannya. Warga hutan sering berkumpul di danau tersebut, baik untuk mandi maupun sekedar untuk bersantai dan bersosialisasi.

Beberapa langkah menuruni Bukit Curam, perhatian Kaku terpecah. Di bawah, tampak Kutik, kuda betina yang jadi incarannya sejak masa sekolah dulu, sedang mematut-matut tubuhnya di hamparan air danau yang jernih. Tidak lagi konsentrasi terhadap jalan di depannya, kaki kanan Kaku tanpa sengaja menabrak sebuah batu yang cukup besar.

Kaku oleng. Ia terjungkal dan menggelinding ke sisi kiri bukit sebelum akhirnya mencapai garis finish barunya di sebuah kubangan tepat di samping Kutik yang melongo melihat adegan akrobat gratis.

Byurrrrr.

Sejurus kemudian, Kutik tertawa terbahak-bahak. ROTGLOL. Tanpa mempedulikan Kaku yang kesakitan setelah terguling-guling di bukit berbatu. Tanpa mempedulikan wajah Kaku yang merah padam. Tanpa mempedulikan kacamata hitam Kaku yang patah. Tanpa mempedulikan perasaan Kaku yang bingung antara menahan sakit dengan menahan malu.

Saat ia mencoba untuk berdiri (dengan diiringi tawa Kutik yang masih berkesinambungan), terdengar sorak sorai warga hutan. Rupanya Horas telah tiba di garis finish. Agak terengah-engah, tapi setidaknya ia sampai ke tujuan dengan berlari, bukan dengan menggelinding.

Dari kejauhan, ia menatap Kaku (yang masih mencoba berdiri) dan Kutik (yang masih terus tertawa). Horas juga suka pada Kutik dan ia mungkin akan melakukan kesalahan yang sama seperti Kaku seandainya ia tidak menggunakan kacamata kudanya. Ya, kacamata itulah yang membantunya untuk tetap berkonsentrasi sepanjang lomba.

Horas mengangkat kaki kanannya, ingin berjalan ke arah Kaku. Tapi kawan-kawan dan penghuni hutan lainnya mulai mengerubunginya, sibuk memberinya selamat dan memintanya bercerita tentang perasaannya. Akhirnya Horas pun membatalkan niatnya untuk membantu Kaku.

“Semoga ia baik-baik saja”, gumamnya.
Moral Cerita / Bahan Renungan:

"Setiap orang mungkin membutuhkan kacamata kuda agar tetap fokus dengan apa yang harus dikerjakannya."
42 Komentar untuk “Kuda Berkacamata Hitam”

Read More......

Selasa, 12 Mei 2009

Pilih Ikan Atau Kail?

“Duh, kok kemaraunya gak berhenti-berhenti yah”, keluh Kaka si kancil.

“Iya nih”, jawab Kuri si kura-kura lirih, “kalau begini terus dua tiga hari lagi persediaan makanan kita bakal habis.”

Kaka dan Kuri memang tinggal bersama. Mereka membuat rumah yang cukup nyaman di dalam sebuah gua kecil. Di sekitar gua sejatinya banyak ditumbuhi tanaman-tanaman yang menjadi pengisi perut mereka sehari-hari. Namun sayangnya, sejak beberapa minggu terakhir ini, panas yang berkepanjangan melanda, sehingga sedikit demi sedikit tanaman yang ada mati kekeringan.

“Coba kita bisa memancing seperti pak Beri Beruang”, lanjut Kuri, “pastinya kita tidak perlu pusing seperti ini.”

BRAKKKK!!!!

Kaka tiba-tiba meloncat dari kursinya hingga tidak sengaja menjatuhkan kursi tersebut.

“Aku ada ide!”, teriak Kaka dengan semangat ‘45.

“Ada ide ya ada ide”, gerutu Kuri yang sempat jantungan gara-gara ulah Kaka tadi, “tapi jangan bikin aku mati muda dong.”

“Dengar dulu”, potong Kaka sebelum Kuri melanjutkan omelannya. “Bagaimana kalau kita minta ikan ke pak Beri? Kan seringkali dia dapat ikan banyak, yang lebih dari jatah makan perut gendutnya. Pasti bakal diberi deh.”

“Memangnya kita akan minta-minta ikan terus ke dia? Lama-lama juga pasti pak Beri gak akan mau memberi ikan ke kita.”, jawab Kuri sambil membetulkan kursi yang tadi terjatuh. Lanjutnya, “Lebih baik kita minta diajari cara memancing ikan saja.”

“Ah, tahu sendiri kan pak Beri seperti apa sifatnya”, tukas Kaka. “Galak. Bicaranya keras, tapi susah dicerna maksudnya. Mendingan minta langsung aja. Lagipula aku malas kalau harus belajar segala.”

Kaka melangkah mendekati jendela. Matanya berbinar-binar nakal.

“Nanti aku akan cari alasan yang berbeda setiap harinya agar pak Beri mau memberikan ikan kepadaku.”, katanya. “Gimana Kur, setuju tidak?”

Kuri termenung. Di satu sisi, ia membayangkan nikmatnya duduk santai di tepi jalan setapak ke sungai sambil menunggu pak Beri lewat membawa hasil pancingannya. Ia kenal Kaka sejak lama. Kawannya yang cerdas ini pasti dapat menemukan cara untuk membuat satu dua ikan pak Beri berpindah tangan.

Di sisi lain, ia tidak ingin hanya berpangku tangan dan bergantung kepada binatang lain. Ia juga ingin dapat memancing ikan sendiri sehingga tidak kebingungan apabila suatu saat kemarau datang lagi.

“Hei, kok malah melamun”, ujar Kaka sambil mendorong pelan tempurung Kuri.

“Aku tidak ikutan deh”, jawab Kuri.

“Loh kok…”

“Iya, aku ingin coba memancing saja. Pasti terasa lebih lezat kalau ikannya hasil pancinganku sendiri”.

Mata Kaka tercenung. Ia menatap tajam ke arah Kuri. Beberapa detik kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

“HAHAHAHAH!!! Kamu bercanda kan? Memangnya kamu mau belajar darimana? Pak Beri? Bisa tambah lapar kalau kamu kelamaan ngobrol dengan dia!”, kata Kaka lantang. “Lagipula”, lanjutnya, “semua binatang di hutan ini kan tahu kalau kamu itu lambat berpikirnya.”

Kuri tersenyum mendengar sindiran Kaka.

“Biar saja”, jawabnya. Pede. “Aku yakin kalau aku berusaha pasti aku akan bisa”.

Begitulah. Keesokan harinya, Kuri mulai mengikuti dan mengamati pak Beri yang sedang memancing. Ia kemudian mencoba untuk membuat tongkat pancingnya sendiri dan menanyakan kepada pak Beri, apakah kailnya sudah benar atau belum. Dengan tekun ia berusaha memahami apa maksud perkataan pak Beri hingga akhirnya ia berhasil membuat tongkat pancing yang kuat dan kokoh.

Si kancil? Sesuai rencananya, Kaka menunggu di ujung jalan hingga pak Beri lewat dan mengiba-iba kepadanya untuk meminta seekor ikan hasil tangkapannya. Dasar cerdik, pak Beri pun tidak kuasa menolak permintaannya.

“Lihat nih,” ujar Kaka pada Kuri sesampainya di rumah, “ikan pemberian pak Beri. Besar bukan? Pasti lezat jika dibumbu rujak dan dimakan dengan sambal mangga. Mana ikanmu?”

Kuri menunjukkan kail buatannya dengan bangga.

“Nih”, katanya sambil tersenyum. “Hari ini aku memang belum bisa membawa ikan, tapi aku sudah bisa membuat tongkat pancingku sendiri.”

“Terserahlah,” tukas Kaka. “Kok mau-maunya sih repot begitu.”

Hari demi hari berlalu. Kuri terus berusaha untuk belajar tehnik memancing ikan dari pak Beri. Mulai dari memilih umpan, mencari tempat yang banyak ikannya, hingga cara menarik ikan agar tidak terlepas dari kaitannya. Kaka pun melalui hari-harinya dengan seribu satu alasan untuk dapat menaklukkan hati pak Beri.

Lama kelamaan, pak Beri pun jenuh. Ia tidak mau lagi memberikan ikannya kepada Kaka meskipun Kaka sudah memohon sambil berguling-guling di tanah. Sebaliknya, Kuri semakin ahli dalam memancing dan sudah dapat menangkap ikan sendiri. Melihat Kaka yang menangis tersedu-sedu karena tidak mendapatkan makanan hari itu, Kuri pun membagikan ikan hasil tangkapannya pada Kaka.

“Tuh kan, benar yang aku bilang”, kata Kuri bijak. “Lebih baik kita berusaha sendiri daripada selalu bergantung kepada orang lain. Meskipun kelihatannya susah, jika terus mencoba, pasti kita akan bisa.”

Kaka mengangguk perlahan. Kali ini dia setuju dengan pendapat Kuri.
Moral Cerita / Bahan Renungan:

"Daripada terus-menerus bergantung kepada orang lain, lebih baik jika kita berusaha untuk belajar dan meningkatkan kemampuan kita agar bisa seterusnya berdiri dan berusaha sendiri."

Read More......

Kamis, 07 Mei 2009

Tips Memulai Hari dengan Cerah

Salah satu hal yang membuat kita lebih mudah untuk meraih kesuksesan ialah memulai hari dengan cerah. Hari yang cerah bukan ditandai dengan matahari yang bersinar terang atau udara yang sejuk, melainkan dari hati dan pikiran yang segar. Kecerahan suatu hari dimulai dari diri anda sendiri. Kita tahu bahwa sesuatu yang dimulai dengan baik merupakan separuh dari pencapaian tujuan.

Karena itu, memulai aktivitas hari ini dengan kecerahan suasana adalah modal besar untuk menyelesaikan hari dengan baik pula. Bagaimana memulai hari dengan cerah sangat dipengaruhi oleh pola hidup kita.

Berikut beberapa tips ringan agar kita bisa memulai hari dengan cerah.


1. Mulailah dari malam hari.

Kita tak bisa berharap bangun dengan segar jika di malam harinya tak cukup tidur nyenyak. Hari esok yang cerah dimulai dari malam ini. Bila anda masih mempunyai masalah, yakinlah masih ada waktu esok untuk menyelesaikannya lebih baik lagi. Malam ini, beristirahatlah sebaik-baiknya.

2. Bangun pagi lebih pagi.

Bangunlah lebih pagi daripada terbitnya matahari. Jumpai keheningan dan kesunyian. Pagi buta adalah saat yang tepat untuk menemukan sisi damai dalam diri anda.

3. Damaikan pikiran dan tentramkan jiwa

Jangan terburu melakukan aktivitas. Resapi saja suasana pagi yang damai ini. Berdoa,sampaikan syukur atas hidup yang masih diberikan pada kita dan bersaat teduh.

4. Segarkan tubuh.

Minum air. Hirup aroma tea atau kopi yang menyegarkan. Berjalan-jalanlah keluar. Pompa udara banyak-banyak ke dalam paru-paru. Lakukan olahraga ringan, Mandi dengan air segar. Bersihkan tubuh baik-baik. Tetaplah mengingat janji anda tadi pagi untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semesta hari ini.

5. Dapatkan sarapan secukupnya.

Isi perut anda secukupnya. Sarapan yang baik adalah modal untuk kebugaran tubuh anda sepanjang hari. Jangan asal kenyang, namun cukupkan kebutuhan energi dan gizi.

6. Sapalah orang-orang yang anda jumpai.

Terbarkan senyum. Tak peduli apakah matahari bersinar cerah atau mendung menggayut, sapalah orang-orang yang anda jumpai. Tanyakan kabar mereka, maka jangan terkejut jika mereka pun akan membalas senyum anda.

7. Jangan mengeluh

Apa pun yang terjadi, entah itu hari hujan, jalanan macet, kereta datang terlambat, kendaraan mogok, atau apa pun yang terjadi, terimalah semua itu apa adanya. In everything, give thanks.

Selamat bekerja serta selamat bercerah hari. Sukses untuk Anda!

Read More......

Sabtu, 02 Mei 2009

Spiderman Nyalon

Peter Parker kegirangan. Nomer togel yang ia pasang tembus. Gak tanggung-tanggung, 4 angka sekaligus. Dalam perjalanan ke tempat bandar untuk mengambil uang, ia terus berpikir mau dipakai untuk apa uang tersebut nantinya. Yang jelas, berhubung selama ini hidupnya serba pas-pas-an, kemungkinan besar ia akan menggunakannya untuk membuka usaha.

Setelah memutar otak, akhirnya Peter memutuskan, ia akan membuka usaha salon! Ya, salon potong rambut. Kebetulan saat ini sudah mendekati musim panas. Pasti banyak orang yang akan potong rambut agar tidak gerah, pikirnya.

Begitulah.

Tidak sampai seminggu salon yang diimpikan telah usai dibangun. Maklum, ia minta bantuan kepada Flash yang bisa bergerak secepat kilat itu. Salon itu ia beri nama “Salon SiLabi”, singkatan dari “Si Laba-laba Imut”.

Selain mempersiapkan peralatan-peralatan salon, Peter turut ‘menyesuaikan’ penampilannya. Karena ia tahu salon tersebut baru akan laku apabila Spiderman sendiri yang menjadi tukang potongnya, ia pun mengenakan kustom merah birunya. Ia juga membuat wig rambut panjang dari jaring laba-labanya, menatanya dengan tren 2010, dan mengenakannya. Gak lucu dong kalau ada tukang potong yang gundul.

Begitulah.

Salon SiLabi ternyata laku keras. Branding Spiderman ditambah dengan momen pembukaan serta lokasi salon yang tepat terbukti sebagai adonan kesuksesan yang tepat. Tidak kurang 100 pengunjung tiap harinya harus Peter layani. Dari yang sekedar ingin keramas, creambath, mengeriting rambut, potong botak, shaggy, hingga memanjangkan rambut (emang bisa?). Yang jelas, hampir setiap hari salonnya penuh sesak dengan pelanggan yang antri.

Suatu hari, Bruce Wayne lewat di depan salon Silabi. Tertarik dengan kelarisan salon Spidey, otak bisnis Bruce mulai bekerja. Ia segera menghubungi Alfred untuk mengurus pembangunan salon potong rambut yang baru, dengan peralatan yang lebih canggih dan lokasi tepat di seberang salon milik Peter. Salon tersebut ia beri nama salon “Sikeli”. Singkatannya? Tentu saja, “Si Kelelawar Imut”.

Untuk memberi nilai tambah pada salonnya, agar dapat membajak pelanggan-pelanggan Silabi, Bruce tidak hanya mengenakan kostum Batman-nya. Ia juga memanfaatkan kepandaiannya untuk menciptakan robot pemotong rambut otomatis! Dengan robot ini, orang tinggal duduk manis di kursi, tekan tombol pilihan potongan rambut yang diinginkan, dan dalam 5 menit, langsung beres. Praktis kan? Supaya keren, Bruce memberi nama robotnya “RPRSKDSC v1.14254″.

Untuk mempromosikan salon barunya, Bruce memasang papan iklan yang cukup besar. Tertulis, “Salon Sikeli - Potong Rambut Kilat, Gak Pake Antri”

Begitulah.

Tidak lama, pelanggan salon Silabi sedikit demi sedikit berpindah ke salon Sikeli. Dan memang, kecanggihan robot tersebut terbukti. Siapa saja, potongan apa saja, diselesaikan dalam waktu 5 menit. Benar-benar gak pake antri. Si Batman pun gak perlu repot-repot melayani pelanggan. Ia cuma duduk di belakang kasir sambil ngitung penghasilan.

Selang beberapa hari, otak bisnis Bruce kembali berputar. Kalau buka 1/2 hari aja keuntungannya sebesar ini, bagaimana jika buka 24-jam non-stop yah?

Begitulah.

Salon Sikeli kemudian dibuka 24 jam. Non-stop. Pengunjung pun terus mengalir, siang malam. Demikian pula kantong Batman, semakin lama semakin tebal.

Tanpa disadari, karena diforsir untuk bekerja tanpa beristirahat, robot RPRSKDSC mulai berulah. Bagian dalamnya kepanasan dan menyebabkan ada 1 sirkuit yang putus. Akibatnya, hasil pemotongan rambut menjadi kacau. Ada yang minta dikeriting malah jadi gundul, ada yang minta di-shaggy malah dikasih konde, ada yang minta creambath malah dikitik-kitik, hehehe. Bruce sendiri yang terlalu sibuk dengan mesin kasirnya sama sekali tidak memperhatikan keadaan itu.

Berbeda dengan Peter. Sejak salonnya sepi, ia jadi banyak bengong di trotoar. Melihat akhir-akhir ini banyak orang yang keluar dari salon saingannya sambil ngedumel, ia pun curiga bahwa ada yang tidak beres di sana. Dengan memanfaatkan pendengaran supernya, ia menguping omelan mereka dan mengetahui masalah yang terjadi di salon Sikeli.

Setelah berpikir sejenak, Peter masuk ke dalam salon. Sejenak kemudian ia keluar sambil membawa papan iklan bertuliskan, “Salon Silabi - Merapikan Potongan Rambut Yang Kacau”. Papan tersebut ia letakkan di dekat salon Sikeli. Tidak lupa ia gambarkan arah panah yang menuju ke salonnya.

Cara ini ternyata tokcer. Pelanggan salon Sikeli yang kecewa dengan layanan robot si Batman, begitu melihat papan iklan tersebut, langsung berjalan menuju salon Silabi. Sedikit demi sedikit, pengunjung salon Sikeli berkurang, dan sebaliknya, salon Silabi kembali laris.

Moral Cerita / Bahan Renungan:

"Menjadi yang pertama tidak selalu membuat kita sukses. Menjadi yang terbaiklah yang membuat kita menjadi sukses."

Read More......